![]() |
Ilustrasi (google) |
Dampak dari tidak stabilnya nilai mata uang negara kita berimbas ke harga-harga kebutuhan rumah tangga sehari-hari, Pasalnya dengan adanya gonjang-ganjing Rupiah warga negara indonesia terancam sulit makan Tempe.
Ada apa dengan Tempe? Kedelai yang merupakan bahan dsar pembuatan tempe mengalamai kenaikan harga yang cukup signifikan. Terakhir informasi diperoleh harga kedelai, selaku komoditas yang lebih banyak dipasok dari impor itu. Melonjak jadi Rp 8.500-Rp 9.200 per kilogram sejak nilai tukar rupiah yang tidak stabil. Kalau situasi normal, biasanya harga kedelai hanya Rp 7.000-7.700 per kilogram.
Tak mau ambil resiko di tengah situasi ini, sebagian perajin tempe dan tahu memutuskan untuk mengurangi produksi harian sampai 50 persen. bayangkan saja, padahal lauk Tempe adalah lauk yang murah harganya dibandingkan dengan lauk yang lain, dan semua orang pasti suka dengan Tempe, dari Masyarakat bawah sampai kalangan atas.
Indonesia memang belum bisa mencukupi sendiri kebutuhannya akan kedelai, yang merupakan bahan baku utama tempe, tahu, kecap, dan lain-lain. Fakta menyatakan, antara produksi dalam negeri dan kebutuhan nasional tak pernah sejalan. Alhasil, Indonesia masih jadi pengimpor kedelai.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan empat paket kebijakan ekonomi untuk meredam gejolak pasar modal dan nilai tukar rupiah. Tapi kebijakan ini tampaknya belum berdampak positif pada nilai tukar Rupiah (Rp.), setidaknya untuk beberapa hari terakhir.
Demikian artikel ini dibuat sebagai bahan wacana kondisi Perekonomian Negara kita Tercinta yaitu Indonesia.
Source: dari berbagai sumber