Banyak Binatang Dijadikan Obat, Ini Tanggapan Kemenkes

Ilustrasi (google)
Bukan cuma tanaman, berbagai jenis binatang juga diburu untuk dijadikan obat. Beberapa di antaranya diyakini sangat berkhasiat, namun tidak sedikit pula yang masih sebatas rumor meski tetap banyak peminatnya. Apa imbauan pemerintah?

Ketua Komisi Nasional Saintifikasi Jamu Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siswanto, MHP, DTM, mengatakan tidak semua praktik pengobatan dengan binatang sudah terbukti secara ilmiah. Masyarakat diimbau untuk tidak sembarangan memanfaatkannya.


"Intinya gini, jadi yang dimaksud obat tradisional itu termasuk tanaman obat yang dikembangkan dalam bentuk jamu termasuk juga hewan dan mineral. Cuma, Kemenkes belum mengembangkan penggunaan hewan tersebut tapi bisa saja ada kemungkinan misalnya dengan melihat yang di China," katanya seperti ditulis detikHealth, Rabu (21/8/2013).

Dicontohkan oleh dr Siswanto, undur-undur yang merupakan larva capung selama ini diklaim bisa menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes. Awalnya, sebuah klinik di Surabaya menganjurkan untuk makan undur-undur lalu diikuti oleh para pasien yang merasakan manfaatnya.

Masih menurut dr Siswanto, sebuah penelitian di Universitas Gajah Mada menunjukkan bahwa undur-undur mengandung sulfonylurea untuk merangsang pankreas menghasilkan insulin. Meski ada bukti ilmiah yang mendukung, selebihnya masih bersifat testimonial.

Sementara untuk terapi lebak, dr Siswanto mengatakan bahwa prinsipnya adalah menggunakan titik akupuntur. Terapinya sendiri memakai teknik akupuntur sedangkan racun lebahnya berguna untuk daya tahan tubuh.

"Tetap ada kemungkinan untuk potensi menggunakan binatang seperti itu tapi harus ada bukti valid yang memerlukan penelitian sehingga ada bukti ilmiah," kata dr Siswanto.

Karena tidak semua ada bukti ilmiahnya, dr Siswanto mengimbau masyarakat untuk menyikapi praktik-praktik pengobatan dengan binatang secara netral dengan mencermati bukti dan manfaatnya. Beberapa tidak terbukti dan hanya bersifat simbolik, misalnya tangkur buaya untuk kejantanan, yang diyakini bermanfaat bukan karena bahan aktifnya.

"Atas nama Kemenkes, (saya mengimbau) masyarakat harus menggunakan bahan-bahan yang sudah terbukti secara ilmiah misalnya jahe atau jeruk nipis bisa untuk menghangatkan. Jangan mencoba sesuatu yang belum jelas dan yang belum ada buktinya. Yang jelas itu misalnya menurunkan tekanan darah dengan seledri atau menurunkan asam urat dengan daun salam. Pokoknya kalau sesuatu yang belum jelas, jangan," pesan dr Siswanto.

Soal pengalaman, dr Siswanto mengaku belum pernah mengonsumsi obat-obatan alternatif dari binatang. Namun ia mengatakan, mertuanya pernah makan undur-undur satu kali sehari, langsung 5 ekor dan dimakan bersama dengan pisang. Ketika itu, mertuanya yang sakit diabetes memang mengalami penurunan gula darah.

"Saat itu, undur-undurnya bersifat pengganti obat sementara aja ya kira-kira selama lima hari. Karena kalau enggak salah sudah sekitar 20 tahun menderita diabetes kan lama-lama obatnya seperti kebal dan saat itulah obat alternatif atau tumbuhan dan hewan bisa jadi alternatif. Tapi saat itu mertua saya tidak cuma diabet saja, ada komplikasi lainnya," pungkas dr Siswanto.


Sumber: detikHealth